5 Penyebab Downtime yang Paling Sering Terjadi dan Cara Mengantisipasinya

neuCentrIX - 29/12/2021 12:00

Downtime dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi bisnis saat ini, berapa lama pun durasinya. Menurut survei Gartner, kerugian rata-rata yang disebabkan downtime IT adalah $5.600 per menit. Untuk hitungan per jam, kerugian terendah downtime sebesar $140.000 per jam, dengan rata-rata $300.000 per jam. Bahkan, kerugian tertinggi bisa mencapai  $540.000 per jam. Meskipun demikian, mengurangi frekuensi dan dampak dari downtime sebenarnya sesederhana memahami penyebab utama dan mengambil langkah antisipasi yang tepat. Berikut ini kami telah membuat daftar 5 penyebab paling umum dari downtime dan praktik terbaik untuk mengantisipasinya.

Kegagalan Hardware
Kegagalan hardware adalah penyebab paling umum yang dapat mengakibatkan downtime pada data center. Hardware menyimpan berbagai potensi masalah — mulai dari server yang mengalami down hingga kerusakan sistem pendingin data center — dan masing-masing memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar dari kegagalan hardware adalah banyaknya kasus yang tidak dapat diprediksi. Faktanya, hardware yang sudah ketinggalan zaman dan sangat rentan terhadap kegagalan, sering kali rusak saat waktunya telah tiba.

Praktik terbaik:
Untuk mengurangi risiko kegagalan hardware, penting bagi bisnis untuk melakukan pemantauan, pemeriksaan, pemeliharaan, dan pembaruan secara berkala pada peralatan data center. Misalnya, data center modern kini telah menggunakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi masalah dan memperkirakan kapan peralatan akan rusak. Selain itu, penting juga untuk memiliki redundansi yang cukup dan selalu mengganti peralatan yang sudah ketinggalan zaman.

Kegagalan Software
Kegagalan software mungkin bukan penyebab umum terjadinya downtime, tetapi hal ini bisa jadi merepotkan. Perlu menjadi catatan penting bahwa sistem jaringan memiliki tingkat efektivitas yang sesuai dengan software yang mereka jalankan. Penggunaan software yang telah usang dapat menjadi masalah karena tidak memiliki langkah-langkah keamanan terkini dan driver untuk menjaga jaringan high traffic agar tetap berjalan. Oleh karena itu, pembaruan yang tepat menjadi hal yang sangat penting.

Praktik terbaik:
Pada dasarnya, data center telah memiliki persiapan untuk segala bentuk kegagalan software dengan memperhatikan detail kompatibilitas dan performa software. Hal ini dapat dilakukan melalui pemantauan rutin, pemutakhiran, dan pengujian sistem software yang penting untuk memastikan aplikasi software berfungsi dengan baik dan siap digunakan kapan saja.

Human Error
Selain kegagalan hardware, human error berada di urutan teratas penyebab umum terjadinya downtime. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dari penghentian layanan yang disebabkan oleh kesalahan manusia, baik karena kecelakaan maupun kelalaian. Meskipun data center dapat menerapkan semua tindakan yang diperlukan untuk mengurangi kemungkinan masalah, melindungi data center dari human error tidak mungkin dilakukan sepenuhnya.

Praktik terbaik:
Langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh data center, di antaranya mendokumentasikan tugas rutin secara akurat, menerapkan kebijakan tentang penggunaan perangkat, dan memberikan edukasi untuk memperkuat proses dan kebijakan yang telah dibuat. Selain itu, otomatisasi dan analisis prediktif juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi potensi masalah yang mungkin terjadi.

Bencana Alam
Meskipun jarang terjadi, bencana alam dapat menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap jaringan. Bukan hanya tentang bencana besar seperti banjir besar atau gempa bumi berkekuatan tinggi, peristiwa kecil seperti sambaran petir juga terbukti menjadi penyebab serius terjadinya downtime.

Praktik terbaik:
Untuk menghindari bencana alam, sangat penting bagi data center untuk memiliki rencana tanggap bencana dan pemulihannya. Pada dasarnya, semua tindakan keselamatan harus dilakukan sebelum suatu peristiwa terjadi. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan, mulai dari menguji sistem darurat untuk fungsionalitas dan pemantauan, melatih personel untuk melakukan pemulihan bencana, hingga menjalankan dan mengonfirmasi semua fungsi redundansi.

Serangan Siber
Serangan siber biasanya menjadi salah satu dugaan utama ketika downtime terjadi. Jaringan memang rentan terhadap serangan, seperti peretasan sistem, pencurian data, dan ransomware. Sekalipun dianggap relatif aman, suatu sistem masih mungkin rentan terhadap serangan DDos yang dapat melumpuhkan dan merusak server selama lonjakan traffic.

Praktik terbaik:
Untuk menangani serangan siber, data center harus mengenali dan merespons ancaman sedini mungkin. Dalam hal ini, data center dapat menggunakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi kerentanan dalam infrastruktur jaringan dan algoritma tertentu untuk memantau dan mencatat pola atau aktivitas yang mencurigakan sehingga dapat memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi terhadap serangan siber.


Pada intinya, bisnis perlu menjadikan upaya antisipasi downtime sebagai hal yang serius. Perusahaan yang berpengalaman dan penyedia data center yang andal biasanya telah merencanakan dan mengambil setiap tindakan pencegahan dengan hati-hati untuk menjaga agar layanan mereka tetap aktif dan berjalan selama mungkin. Namun jika downtime tetap terjadi, perusahaan perlu menghidupkan kembali sistem yang penting secepat mungkin.