Pentingnya Uptime untuk Operasional Bisnis Terkini

neuCentrIX - 29/12/2021 09:00

Berbicara tentang operasional bisnis terkini tak akan bisa terlepas dengan apa yang disebut uptime. Dengan semakin bergantungnya bisnis pada teknologi, konsep uptime — dan downtime — menjadi semakin penting. Di era modern ini, bisnis dituntut untuk merancang dan membangun infrastruktur dan teknologi IT mereka dengan mempertimbangkan uptime maksimum.

Apa itu Uptime?
Pada dasarnya, istilah uptime mengacu pada jumlah waktu server bekerja dan tersedia tanpa gangguan dalam setahun; biasanya diukur sebagai persentase waktu. Uptime yang ideal, baik dari server maupun data center, adalah 100% atau sama dengan 0 downtime. Sayangnya, hal ini sangat sulit diwujudkan di dunia nyata. Bahkan tipe data center di tingkat perusahaan yang paling canggih sekalipun, yaitu data center Tier 4, “hanya” memiliki jaminan uptime 99,995% yang berarti masih ada peluang downtime sebesar 0,005%.

Apakah Uptime 99%, 99,95%, dan 99,995% Memiliki Perbedaan yang Signifikan?
Jika dilihat sekilas, perbedaan antara 99%, 99,95%, dan 99,995% tampak tidak terlalu besar. Namun, uptime 99% berarti mengalami penurunan sekitar 3,65 hari (87,6 jam) per tahun, sedangkan uptime 99,95% turun sekitar 4,4 jam setahun. Sementara itu, data center Tier 4 dengan uptime 99,995% mampu menawarkan downtime 0,005% atau hanya sekitar 26 menit setahun. Dalam bisnis, terdapat perbedaan lost revenue atau kehilangan pendapatan yang cukup signifikan antara penurunan tiga hari, delapan jam, dan 26 menit. Menurut Tammy Everts, penulis buku Time Is Money: The Business Value of Web Performance, halaman homepage Google sempat mengalami offline. Meskipun hanya lima menit, hal ini membuat perusahaan kehilangan pendapatan iklan lebih dari setengah juta dolar. Itulah sebabnya persentase sekecil apapun, meski hanya 0,001%, sangat berharga.

Mengapa Uptime Penting?
Uptime membuat bisnis dan saluran online-nya selalu tersedia, tidak hanya untuk pelanggan dan kebutuhannya (melakukan pembelian online, mengunduh atau mengunggah konten, dll.), tetapi juga bagi karyawan agar dapat menyelesaikan pekerjaan mereka. Untuk memahami mengapa uptime begitu penting, kita perlu memahami biaya dan konsekuensi dari downtime.

Ketika sebuah bisnis mengalami downtime, mereka tidak dapat memberikan layanan kepada pelanggan. Contohnya, jika bisnis menjual produk secara online dan website mereka tidak aktif, pelanggan yang mencoba mengakses website akan menerima error message dan tidak dapat membeli produk yang mereka inginkan. Ketika mengalami hal seperti itu, sebagian besar pelanggan akan menjadi tidak sabar dan akan mencari produk dari brand lain. Para pelanggan setia bahkan akan memilih alternatif lain jika bisnis gagal memberikan layanan saat mereka membutuhkannya. Bagi beberapa bisnis tertentu, hal ini bisa berarti kehilangan pendapatan, konversi, dan prospek.

Kehilangan pelanggan tidak hanya berarti kehilangan pendapatan, tetapi juga kehilangan reputasi. Downtime pada website dapat memengaruhi pandangan pelanggan dan calon pelanggan tentang sebuah brand dan perusahaannya, baik online maupun offline. Dengan kata lain, downtime dapat meruntuhkan kepercayaan pelanggan terhadap brand dan bahkan dapat memengaruhi persepsi mereka tentang produk dari brand tersebut. Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kenyataan bahwa pelanggan cenderung berbagi pengalaman mereka di media sosial, seperti Twitter. Media sosial yang satu ini telah menjadi platform paling populer bagi orang-orang yang ingin membagikan berbagai keluhan dan kekesalan mereka. Setiap kali website, aplikasi, atau penyedia internet mengalami down, kita dapat membaca perasaan dan pandangan orang-orang di platform tersebut, seringkali disertai dengan tagar. Dengan cara ini, pelanggan mampu menjatuhkan persepsi dan reputasi sebuah brand.

Selain kehilangan pelanggan dan reputasi, masalah umum lainnya yang terjadi pada bisnis yang mengalami downtime adalah hilangnya produktivitas. Selama mengalami downtime, secara internal bisnis seringkali tidak dapat berfungsi dan beroperasi. Karyawan bisnis terkini sangat bergantung pada teknologi sehingga mereka tidak akan dapat bekerja jika teknologi tidak berfungsi. Artinya, untuk setiap menit downtime, bisnis membayar sebagian besar karyawannya untuk hampir tidak melakukan apa pun. Selain itu, setiap tujuan atau jadwal yang telah ditetapkan mungkin perlu dikaji ulang jika periode downtime membuat karyawan keluar dari jadwal operasional secara signifikan.

Karena alasan-alasan ini, penting bagi bisnis untuk mempertimbangkan uptime ketika membangun atau meningkatkan infrastruktur IT mereka, termasuk saat memilih penyedia layanan data center. Bisnis perlu memastikan bahwa penyedia data center yang mereka pilih telah memenuhi persyaratan uptime yang dibutuhkan untuk memastikan operasional dan pendapatan bisnis yang berkelanjutan.